Powered By Blogger

Monday, October 7, 2019

Teknologi Terbaru 2019 Fingerprint Sensor dan Cara Kerjanya.




    Haii teman-teman, apa kabar? Semoga baik-baik saja ya. 

        Oh iya kalian sudah tahu tentang salah satu teknologi terbaru yang ada di tahun 2019 ini tidak ? Namanya teknologi sensor sidik jari (fingerprint sensor) di dalam layar. Jika kalian belum tahu, mungkin artikel ini bisa memberikan informasi yang dapat membantu kalian untuk mengetahui tentang teknologi sensor sidik jari (fingerprint sensor) di dalam layar.

Kita bahas sekarang ya teman-teman..
Apa sih sebenarnya teknologi fingerprint sensor ? 
          Teknologi ini adalah teknologi tren keamanan pada smartphone yang menjadi teknologi yang cukup hits di tahun 2019 ini. Tegnologi fingerprint sensor ini disematkan pada smartphone keluaran terbaru contohnya pada smartphone samsung a50.

      Penggunaan sensor biometrik seperti fingerprint membuat vendor smartphone berlomba-lomba menyematkan sensor sidik jari ini di bawah layar smartphone buatan mereka untuk menambah fitur keamanan dan desain pada smartphone yang mereka buat.

             Sebenarnya, jauh sebelum ramai disematkan pada ponsel pintar, teknologi fingerprint dikembangkan pertama kali untuk kepentingan Biro Penyelidik Federal (FBI) di Amerika Serikat.

        Pada 1969 FBI bekerja sama dengan Institut Nasional Standar dan Teknologi (NIST) membuat sistem identifikasi berbasis sidik jari. Enam tahun kemudian, protitipe pertama pun dipamerkan institusi tersebut. Nah, kalau pada smartphone, seperti apa teknologi ini diaplikasikan?

Membaca pola

      Secara sederhana fingerprint bekerja dengan "merekam" sidik jari seseorang, lalu menyimpan pola khasnya. Identifikasi dilakukan dengan mencocokkan data yang telah tersimpan tersebut. Jika dinyatakan sama, akses otomatis terbuka.

Pertanyaannya, bagaimana mesin pemindai "membaca" pola sidik jari?


THINKSTOCKPHOTOS

         Sidik jari akan terlihat jelas saat kita melakukan cap jari menggunakan tinta. Sidik jari terdiri dari banyak garis menonjol yang cenderung melingkar-lingkar. Hal ini bisa terlihat jelas, salah satunya ketika kita membuat cap jari menggunakan tinta untuk surat-surat resmi.

          Dari situ bisa dilihat, satu sidik jari saja memiliki banyak pola rumit. Jika semua pola ini digunakan, proses identifikasi sidik jari akan memakan waktu terlalu lama. Sebaliknya, jika pola yang diambil terlalu sederhana, kemungkinan pemindaian kurang akurat.

        Sebagai solusi, mesin pemindai hanya menangkap dan menyimpan tiga jenis pola pada guratan sidik jari. Pola diambil dari bagian yang pada hasil cap jari tintanya terlihat lebih tebal.

            Pola itu di antaranya, ujung garis (ridge ending), garis bercabang (bifurcation), dan garis pendek menyerupai titik (short ridge). Tiga detail pada sidik jari ini tak pernah ditemui sama pada manusia.

https://en.wikipedia.org/wiki/Fingerprint_recognition

Pola sidik jari selalu berbeda pada setiap orang.



  Untuk memindai, mesin membutuhkan sensor. Jenis sensornya juga beragam. Optis atau optical fingerprint imaging, misalnya, memanfaatkan cahaya saat merekam pola sidik jari. Cara kerjanya mirip mesin fotocopy.

     Jari diletakkan di atas sebuah scanner—biasanya berbahan kaca. Lalu, dari bawah scanner, pemancar cahaya menerangi permukaan ujung jari. Pantulan cahaya kemudian ditangkap alat penerima sehingga foto sidik jari pun didapat.

      Sayangnya, teknik ini memiliki beberapa kekurangan. Pola sidik jari yang didapat sangat bergantung pada kondisi kulit telapak jari. Jika jari kotor atau kulit sedang terkelupas, misalnya, pemindai bisa saja gagal mengenali sidik jari.

        Akibat kekurangan tersebut, ponsel pintar lebih memilih menggunakan sensor ultrasonik atau kapasitans (capacitive). Sensor ultrasonik, sesuai namanya, memanfaatkan gelombang ketika memindai sidik jari seperti pada ultrasonografi (USG) yang kerap digunakan untuk keperluan medis.

         Hasil pemindaian sidik jari dengan sensor tersebut sudah berkualitis tiga dimensi (3D) sehingga kemungkinan pemalsuan lebih rendah. Identifikasi menggunakan sensor ultrasonik juga tak bergantung pada kualitas kulit jari.

      Lain cerita jika menggunakan sensor kapasitans. Sistem ini menggunakan alat elektronik semacam kapasitor untuk memindai sidik jari. Kapasitor menyimpan muatan listrik yang disambungkan dengan piringan konduktif pada layar smartphone sehingga bisa digunakan melacak detail sidik jari.

         Muatan listrik pada kapasitor akan sedikit berubah saat bagian garis menonjol pada sidik jari ditempelkan pada piringan konduktif. Sementara itu, antar sela garis yang menonjol hampir tidak berpengaruh terhadap kapasitor. Dari sini, citra sidik jari pun didapat.

    Berdasarkan penjelasan di atas, proses identifikasi fingerprint memang terlihat lebih rumit dibanding kode angka atau pattern. Tapi, sistem ini sangat memudahkan pengguna smartphone. Tak perlu mengingat kode, pengguna cukup menempelkan jari dan akses smartphone pun terbuka.

     Wajar, permintaan ponsel pintar yang dilengkapi fitur tersebut makin merajalela. Produsen ponsel pun semakin bersemangat menempelkan teknologi fingerprint pada produk mereka. Jumlah teknologi fingerprint ini diperkirakan meningkat menjadi 1,6 miliar unit tahun 2020. Namun, pada awal perkembangannya, aplikasi teknologi fingerprint masih didominasi smartphone kelas atas berharga tinggi. 

      Jadi bagaimana, apakah kalian sudah mengerti tentang teknologi fingerprint sensor yang lagi trend di tahun 2019 ini ? Jika belum kalian bisa membaca ulang artikel ini lagi ya, supaya kalian bisa lebih paham tentang teknologi ini. Terimakasih karena sudah membaca artikel ini, semoga bermanfaat untuk kalian semua ya... πŸŒΎπŸ’™πŸπŸ€πŸŒΎ




Daftar Pustaka:
https://www.google.com/amp/s/amp.hitekno.com/gadget/2019/06/06/090000/makin-canggih-ini-tren-teknologi-2019-yang-disematkan-di-smartphone

https://tekno.kompas.com/read/2016/07/19/11340027/begini.cara.kerja.sensor.fingerprint.pada.smartphone.?page=all


lisaangeline412